“Pengertian, Dasar dan Tujuaanya”
A. Pengertian Ilmu Akhlak
Ilmu
akhlak adalah ilmu yang membahas seputar akhlak baik dan buruk serta sifat
terpuji dan tercela, berikut sifat-sifat yang harus diperkuat atau dihilangkan.
Ilmu akhlak berbicara tentang sifat-sifat, semisal kedermawanan atau kekikiran,
keberanian atau kepengecutan, yang muncul dan hilang berdasarkan ikhtiar kita
atau yang dapat dikendalikan manusia.[1] Secara lebih singkat lagi ilmu
akhlak didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kemuliaan akhlak dan
ketercelaannya.[2]
Ilmu
Akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana melakukannya, selain
itu juga agar manusia dapat menghindari sifat-sifat buruk. Dapat diketahui di
sini bahwa sasaran atau objek pembahasan ilmu akhlak adalah menilai baik dan
buruk, benar dan salah, pantas dan tidak pantas, serta mana yang harus dan mana
yang tidak boleh dari segala sifat atau tindakan manusia yang dilakukan dalam
keadaan sadar.[3]
Dengan
demikian, Ilmu Akhlak memuat dua pesan penting bagi manusia guna mencapai
kebahagian lahir dan batin.Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin.
Ilmu
Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu
yang mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.[4]
B. Dasar-dasar Ilmu Akhlak
Menolong
orang lain, suka memberi, adil, dermawan, mengapa beberapa perbauatan tersebut
dinilai sebagai kebaikan? Dan mengapa juga kebohongaan, kezaliman, kekerasan
dinilai sebagai keburukan? Untuk menjawab pertanyaan yang muncul tersebut harus
dijawab dengan argumen yang kuat dan mempunyai dasar.
Perbuatan-perbuatan
yang mempunyai nilai baik dan buruk, mempunyai dasar-dasar yang jelas. Pada
pembahasan sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada ilmu yang membahas dan
meberikan klarifikasi pada persoalan baik dan buruk, itulah Ilmu Akhlak.
Tentunya ilmu tersebut mempunyai dasar. Adapun dasar-dasar Ilmu Akhlak adalah
sebagai berikut:
- Al-Qur’an[5]
Al-Qur’an
sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena
keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain.
Mengingat al-Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya
untuk dijadikan sebagai dasar atau asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat
yang diperlukan untuk mendukungnya. Dan tidak akan dibahas di sini, karena ada
ilmu khsusus yang membahasnya.
Nilai-nilai
yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan baik
dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu
diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan
penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada
al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu (penalaran
akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan Ilmu
Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang
ingin disimpaikan oleh al-Qur’an.
- Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi
karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat,
karena peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.
Dalam
riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah
menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an.[6] Dengan demikian, Nabi
merupakan interpretasi yang hidup terhadap al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah),
perbuatan (Fi’liyah), dan penetapan (Taqririyah)
merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi senantiasa
terjaga.[7] Dapat disimpulkan bahwa
al-Qur’an dan al-Hadits berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
Di
dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung[8]. Karena memang pada dirinya
terdapat sebuah suri tauladan yang baik[9]. Keistimewaan tersebut, tidak
hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal
tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang
100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi
Muhammad menduduki posisi pertama.[10] Jelaslah bahwa tidak ada
kecacatan dalam peribadi Nabi, karena memang tugas diutusnya beliau adalah
untuk menyempurnakan akhlak.[11]
- Al-Aqlu (Akal)
Salah
satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah akal.
Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
Jika
manusia dimuliakan oleh Allah karena mempergunakan akalnya dengan baik, maka
Allah akan memberikan ganjaran atas perebuatan baik yang telah dilakukan.
Kedudukan manusia di mata Allah akan melebihi Malaikat apabilah mereka dapat
menggunakan potensi yang telah diberikan dengan baik. Dan begitu pun
sebaliknya, orang yang tidak menggunakan potensinya dengan baik, maka
derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.[12]
Mereka
yang dapat selamat dari kesesatan adalah orang-orang yang senantiasa
mempergunakan akalnya dengan baik. Kita lihat orang-orang yang tercerahkan
sebelum datangnya al-Qur’an, apa yang mereka jadikan dasar, tidak lain adalah
akal mereka. Apakah Phytagoras, Anaximenes, Aristoteles, Plato,
Socrates, Plotinus, dan beberapa filsuf lainnya berpegang teguh dan
senantiasa mengamalkan al-Qur’an, tentu tidak, Islam saja belum ada di zaman
mereka. Tapi mereka terkenal sebagai orang-orang yang bijak.
C. Tujuan Ilmu Akhlak
Setelah
mengetahui defenisi dan dasar Ilmu Akhlak, maka akan dibahas tujuan dari pada
Ilmu Akhlak ini sendiri, guna memberikan kejelasan lanjutan. Dalam hal ini, ada
dua tujuan utama Ilmu Akhlak, yaitu:
- Tujuan IIlmu Akhlak adalah untuk menyempurnakan prilaku manusia dengan menyodorkan kebaikan.[13]
Dalam
pembahasan Ilmu Akhlak dipaparkan tentang hal-hal yang baik dan buruk, guna
memahamkan kita dalam bertingkah laku agar tidak salah mengambil langkah yang
akan merugikan diri sendiri, maupun orang lain dalam lingkungan bermasyarakat.
Pada
dasarnya ada dua persoalan yang dibicarakan, yaitu pemaparan tentang kebaikan
dan keburukan. Namun terdapat perbedaan, mepelajari kebaikan untuk
mengerjakannya namun mempelajari keburukan untuk meninggalkannya, serta
memberikan kecenderungan untuk berperilaku baik.
- Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.
Setelah
kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk, maka secara naluri
kita akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan berusaha menuju kepada
kebaikan. Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu Akhlak adalah sebuah peta
perjalanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita.
Mungkin
ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita kepada tujuan akhir
kita, yaitu untuk mencapai kebahagian.[14] Namun tidak ideal untuk
dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman. Dengan adanya Ilmu Akhlak maka
jalan yang seharusnya ditempuh dengan begitu rumit dan menjelemet, akan terasa
nyaman dan penuh dengan kedamaian, karena konsep ideal dari Ilmu Akhlak.
[1] Mujtaba Mishbah. Daur Ulang
Jiwa. (Jakarta, Al-Huda: Cet.1, 2008). Hal.20
[2] M. T. Misbah Yazdi, Meniru
Tuhan. (Jakarta, Al-Huda: Cet. 1, 2006). Hal. 5
[3] Mujtaba Misbah. Op.Cit.
Hal.21
[4]Zahruddin AR dan Hasanuddin
Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada:
Cet.1, 2004), Hal. 41-42
[5]Athoullah Ahmad. Antara Ilmu
Akhlak Dan Tasawuf. (Banten, Sengpho: Cet.1, 2005). Hal.32
[6]HR. Ahmad dan Muslim
[7]QS. An-Najm: 3-4
[8]QS. As-Syu’ara: 137
[9]QS. Al-Ahzab: 21
[10]Machael H. Hart. Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah.chm. Pustaka Online Media
ISNET: mediaisnet.org
[11]HR. Ahmad
[12]QS. Al-‘Araf:179
[13] M.T. Misbah Yazdi. Op.Cit.
Hal. 6
[14]Athoullah Ahmad. Op.Cit.
Hal.63