( Oleh: RAHMAT – HIDAYAT )
Manusia seringkali terkecoh saat menghadapi suatu masalah,
walaupun
suatu masalah terpecahkan, akan tetapi pemecahannya terkadang
bukanlah suatu solusi yang efisien, bahkan memperumit masalah
itu
sendiri.
Emosi yang tinggi lebih banyak menghasilkan keputusan yang
berujung
pada penyesalan. Terkadang ego sebagai seorang atasan, sebagai
seseorang yang lebih senior atau berpengalaman dan ego-ego
lainnya
membuat pikiran dan hati nurani menjadi tertutup. Sebagai
manusia, hal
tersebut lumrah terjadi. Tetapi kita diciptakan Tuhan
mempunyai
kepekaan dan kemampuan untuk memperbaiki diri dan
mengembangkan
potensi ke arah yang lebih baik.
Seringkali saya menyebut hidup itu adalah pilihan. Dalam
menjalani
kehidupan sehari-hari, sekian banyak pilihan telah kita ambil.
Dari sejak
bangun pagi hingga menjelang istirahat malam. Kegiatan yang
dijalani
sehari-hari adalah pilihan yang mungkin tidak memerlukan suatu
pemikiran yang dalam. Lain halnya ketika terjadi suatu
permasalahan. Alis
kita sering berkerut karena memikirkan suatu pemecahannya.
Dalam mengambil keputusan yang terbaik, untuk apapun itu,
cobalah
menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk
memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar
untuk
fokus pada solusi daripada mencari-cari masalah baru.
Ada 4 istilah yang saya gunakan untuk menggambarkan mengapa
kita
harus bijaksana dalam mengambil keputusan, apapun itu.
Istilah-istilah ini
menggambarkan bagaimana efek dari tindakan kita apabila suatu
keputusan lebih didasari emosi, ego atau kepentingan sesaat.
There are 4 things that we cannot recover:
1. The stone, after it’s thrown!
Saat anda memutuskan melemparkan batu ke tengah lautan, apakah
anda
sempat berpikir bahwa mungkin batu itu kelak akan anda
butuhkan lagi?
Saat anda menganggap masalah yang terjadi pada diri anda
adalah benalu
atau aib yang meresahkan, pernahkah terpikir bahwa mungkin
dengan
masalah yang terjadi itu sebetulnya membuat kita menjadi lebih
dewasa,
bijak, atau sukses. Lebih baik sebelum kita melempar batu,
kita pikirkan
dengan matang dan jernih tindakan apa yang akan kita ambil.
2. The Word, after it’s said!
Pernah mendengar istilah lidah tak bertulang? Seakan
menitikberatkan
pada lidah terhadap sesuatu perkataan yang kurang enak.
Padahal, apa
yang keluar dari mulut kita, muncul dari pikiran. Bila kita
dipengaruhi
pikiran yang kurang jernih, tekanan yang tinggi, emosi yang
meluap,
mungkin pikiran kita cenderung memberikan instruksi untuk
berbicara
keras. Saat seorang atasan menegur bawahannya yang kinerjanya
tidak
sesuai harapan dengan kata-kata yang kotor atau merendahkan,
tentunya
perkataan tersebut menempel dalam ingatannya. Apakah kata-kata
itu
memotivasi atau hanya menimbulkan keterpaksaan. Lain halnya
bila
teguran disampaikan secara baik dan beretika, hasilnya tentu
berbeda.
Jenjang teguran bisa dilakukan secara bertahap. Saya beberapa
kali
menyaksikan tayangan The Nanny 911, dimana selalu ditekankan
agar
para orang tua untuk membiasakan berkomunikasi dengan
anak-anaknya
secara baik dan menghindari bentakan, teriakan dan kata-kata
kasar
karena hal tersebut justru akan merangsang otak anak atau
lawan
bicaranya untuk melakukan hal yang sama. Bahkan, pernah
terpikirkah
oleh anda, bahwa kata-kata kasar yang anda keluarkan akan
selalu
terkenang, hingga anda sendiri tidak sanggup menariknya
kembali.
3. The chance, after it’s lost!
Anda harus jeli melihat setiap peluang yang ada di hadapan
anda.
Terkadang, saat pikiran dipenuhi berbagai permasalahan yang
rumit,
maka mata kita tertutup karena yang ada dibenak anda adalah
satu
masalah aja belum kelar, maka tidak mungkin sempat melihat
peluang
yang baru. Manfaatkan setiap kesempatan dan peluang yang ada,
karena
mungkin peluang tersebut tidak akan kembali menghampiri.
4. The time, after it’s gone!
Manfaatkan setiap waktu yang anda miliki untuk melakukan
hal-hal yang
positif. Bila ada yang tidak sesuai dengan harapan anda, maka
lakukan
evaluasi, bukan menggerutu dan saling menyalahkan. Sikapi
segala
sesuatu dengan bijak sesuai porsinya. Waktu terus berjalan,
kesempatan
baik datang silih berganti. Do what you can do today, don’t
wait till
tomorrow. Maksimalkan waktu yang anda punya.
Setiap individu mempunyai jiwa pemimpin. Tetapi ada yang
mengetahui
dan mengasah kemampuannya lebih dalam, ada yang justru
mengabaikan. Anda adalah pemimpin bagi diri anda sendiri, bagi
keluarga
ataupun rekan kerja anda. Menjadi pemimpin bukan artinya dapat
mengambil keputusan didasari ego pribadi. Menjadi bijaksana
dapat
dimulai dengan menjalani hidup seperti padi, semakin berisi
semakin
merunduk. Jadi, keputusan apapun yang anda buat, pastikan
telah
dipikirkan dengan matang sehingga anda tidak menyesal
dikemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar